Selamat Tinggal Maldini dan Ancelotti!
Partai terakhir seri a / pekan ke 38 musim 2008/2009 antara Milan dan Fiorentina menjadi saat yang bersejarah bagi Maldini dan juga ancelotti.
AC Milan menutup pertandingan musim ini dengan melepas beberapa figur pentingnya di stadion Artemio Franchi. Dua di antaranya pelatih Carlo Ancelotti dan kapten Paolo Maldini.
Jika minggu lalu mendapat sambutan tak sempurna di San Siro, Paolo Maldini mendapatkan apresiasi lebih layak dari publik Artemio Franchi. Bagaimanapun, Maldini juga merupakan sebuah simbol sepakbola Italia.
Prandelli tentang maldini:
"Dia adalah salah satu simbol hebat untuk sepak bola. Ia telah mendedikasikan waktu 25 tahun untuk Milan.
Dia memberikan contoh yang sangat bagus sebagai seorang pria .Saya memiliki memori yang hebat tentangnya. Ketika ia masih muda, ia sudah menunjukkan karakter yang kuat. Maldini selalu menaruh respek kepada lawan dan itu adalah contoh yang harus ditiru,"
- Yang ditunggu-tunggu itu akhirnya datang pada Minggu (31/5/2009) malam WIB. Carlo Ancelotti menyatakan dirinya tidak meneruskan sisa kontraknya dengan AC Milan dan memutuskan berhenti.
Kabar itu diterangkan langsung oleh Ancelotti, seusai Rossoneri menutup kiprahnya musim ini dengan mengalahkan Fiorentina 2-0 di Artemio Franchi.
"Dalam kesepakatan dengan klub, kami memutuskan untuk mengakhiri kontrak satu tahun lebih cepat," ujar pria 49 tahun itu, seperti dikutip dari Channel4.
"Pengalaman indahku dengan tim ini selesai hari ini. Saya berterima kasih pada semua pemain, direktur, fans, dan semua orang yang terlibat di sini."
"Aku rasa, penghabisan ini berjalan dengan baik, dan mungkin pilihan terbaik bagi kami, kedua pihak. Rasa hormat dan sayang tetap dengan semua orang yang selama bertahun-tahun berpartisipasi dalam petualangan ini."
Masa depan Ancelotti di Milan kerap mengambang, tergantung prestasi Milan. Musim lalu, ketika Paolo Maldini dkk gagal memenangi Seri A dalam empat musim berturut-turut, ia beberapa kali diisukan bakal dipecat.
Namun, setiap kali diberitakan akan ditendang, justru petinggi Milan yang paling sering membelanya. Il Diavolo memang terlanjur lekat dengan Ancelotti karena itulah klub terakhir yang dibela dia sewaktu masih menjadi pemain.
Ancelotti mengawali karir bermainnya di Parma, lalu sempat delapan tahun membela AS Roma. Pada musim panas 1987 ia mulai berkiprah di San Siro, sampai gantung sepatu lima tahun kemudian.
Profesi pelatih mulai dilakoni pemilik 26 caps bersama timnas Italia itu pada tahun 1995, bersama Reggiana. Ia lalu berturut-turut menukangi Parma (1996-1998) dan Juventus (1999-2001), sebelum kembali ke rumahnya di Milan.
Selama delapan tahun membesut Paolo Maldini dkk, Ancelotti memenangi satu titel Seri A (2004), dua Liga Champions (2003 dan 2007), dan Piala Dunia Antarklub (2007). Titel-titel lain yang ia sumbangkan buat Milan antara lain Coppa Italia (2003), Piala Super Italia (2004), dan Piala Super Eropa (2003, 2007)
Carlo Ancelotti angkat kaki, Paolo Maldini gantung sepatu dan Leonardo jadi bos baru. Perubahan sedang terjadi di AC Milan, yang diharapkan membawa era baru buat Rossoneri.
Delapan tahun membesut Milan, Ancelotti tak bisa dibilang gagal sebagai pelatih karena dalam kurun tersebut dia mampu memberikan delapan titel juara. Don Carletto bahkan termasuk dalam kelompok kecil orang yang mampu menjuarai Liga Champions hingga dua kali dan membawa pulang satu titel Kejuaraan Dunia Antarklub.
Tapi Don Carletto juga tak lepas dari kontroversi, terutama di tahun-tahun terakhirnya bersama Diavolo Rosso. Sudah sejak musim lalu tuntutan dirinya mundur sudah terdengar, pelatih 49 tahun itu dianggap bertanggung jawab terhadap kegagalan Paolo Maldini cs lolos ke Liga Champions musim lalu setelah cuma duduk di posisi lima klasemen akhir.
Hal lain yang membuat Ancelotti kerap jadi sorotan adalah soal kebijakannya terkait regenerasi pemain di Milan. Soal pembelian pemain, dia mungkin harus menuruti kebijakan petinggi Milan yang lebih suka berhemat dengan membeli pemain yang usianya beranjak senja. Tapi di atas lapangan kebijakan yang sama justru kerap dia pakai juga.
Yoann Gourcuff yang beberapa hari lalu resmi dibeli Bordeaux adalah cotoh betapa Carletto terlanjur "asyik" dengan pemain seniornya tanpa memberi peluang yang layak buat young guns untuk unjuk kebolehan. Jadilah starting XI Milan lebih sering diisi nama-nama seperti Maldini, Zambrotta hingga Filippo Inzaghi. Milan seperti tak belajar dari pengalaman saat mereka menemukan Kaka dan memberi banyak kesempatan pada Pato untuk bermain.
Leonardo punya banyak pe er untuk bisa membawa Milan bersaing dengan Inter Milan dan meneruskan catatan gemilang mereka di Eropa. Sesuatu yang bisa jadi akan sulit lantaran dia sama sekali belum punya jejak rekam sebagai pelatih.
Leonardo memang bukan nama asing di Milan karena dia sempat memperkuat klub tersebut dalam kurun 1997-2001. Sempat pulang ke Brasil, pesepakbola bernama lengkap Leonardo Nascimento de Araújo itu kembali ke Milan tahun 2003 sebelum memutuskan pensiun.
Sejak saat itu dia menjadi bagian dari manajemen Milan. Awalnya dia mengurusi hubungan klub dengan media, membantu beragam kegiatan amal yang digelar sampai kemudian ditunjuk sebagai staff teknis Milan tahun kemarin.
Meski sempat dijadikan kandidat sebagai pelatih oleh beberapa media, penjukkan Leonardo mungkin akan tetap mengundang tanda tanya karena pria Brasil berusia 39 tahun itu belum punya pengalaman melatih. Mungkin Milan terinspirasi oleh Barcelona yang meraih sukses luar biasa bersama Barcelona dengan merebut treble winners.
Kalau memang seperti itu, Leonardo punya banyak hal yang harus dia lakukan karena Milan tentu tak sama dengan Barcelona yang punya pemain hebat di semua posisi. Pekerjaan pertama Leonardo mungkin adalah membersihkan Rossoneri dari pemain-pemain gaek, kondisi yang dalam beberapa musim jadi penghambat Milan menjaga konsistensi pergorma mereka di Italia dan Eropa.
Maldini sudah pergi, juga Carlo Ancelotti. Bersama Leonardo, Milan harusnya bisa memulai sesuatu yang benar-benar baru.
ERA BARU LEONARDO
Carlo Ancelotti angkat kaki, Paolo Maldini gantung sepatu dan Leonardo jadi bos baru. Perubahan sedang terjadi di AC Milan, yang diharapkan membawa era baru buat Rossoneri.
Delapan tahun membesut Milan, Ancelotti tak bisa dibilang gagal sebagai pelatih karena dalam kurun tersebut dia mampu memberikan delapan titel juara. Don Carletto bahkan termasuk dalam kelompok kecil orang yang mampu menjuarai Liga Champions hingga dua kali dan membawa pulang satu titel Kejuaraan Dunia Antarklub.
Tapi Don Carletto juga tak lepas dari kontroversi, terutama di tahun-tahun terakhirnya bersama Diavolo Rosso. Sudah sejak musim lalu tuntutan dirinya mundur sudah terdengar, pelatih 49 tahun itu dianggap bertanggung jawab terhadap kegagalan Paolo Maldini cs lolos ke Liga Champions musim lalu setelah cuma duduk di posisi lima klasemen akhir.
Hal lain yang membuat Ancelotti kerap jadi sorotan adalah soal kebijakannya terkait regenerasi pemain di Milan. Soal pembelian pemain, dia mungkin harus menuruti kebijakan petinggi Milan yang lebih suka berhemat dengan membeli pemain yang usianya beranjak senja. Tapi di atas lapangan kebijakan yang sama justru kerap dia pakai juga.
Yoann Gourcuff yang beberapa hari lalu resmi dibeli Bordeaux adalah cotoh betapa Carletto terlanjur "asyik" dengan pemain seniornya tanpa memberi peluang yang layak buat young guns untuk unjuk kebolehan. Jadilah starting XI Milan lebih sering diisi nama-nama seperti Maldini, Zambrotta hingga Filippo Inzaghi. Milan seperti tak belajar dari pengalaman saat mereka menemukan Kaka dan memberi banyak kesempatan pada Pato untuk bermain.
Leonardo punya banyak pe er untuk bisa membawa Milan bersaing dengan Inter Milan dan meneruskan catatan gemilang mereka di Eropa. Sesuatu yang bisa jadi akan sulit lantaran dia sama sekali belum punya jejak rekam sebagai pelatih.
Leonardo memang bukan nama asing di Milan karena dia sempat memperkuat klub tersebut dalam kurun 1997-2001. Sempat pulang ke Brasil, pesepakbola bernama lengkap Leonardo Nascimento de Araújo itu kembali ke Milan tahun 2003 sebelum memutuskan pensiun.
Sejak saat itu dia menjadi bagian dari manajemen Milan. Awalnya dia mengurusi hubungan klub dengan media, membantu beragam kegiatan amal yang digelar sampai kemudian ditunjuk sebagai staff teknis Milan tahun kemarin.
Meski sempat dijadikan kandidat sebagai pelatih oleh beberapa media, penjukkan Leonardo mungkin akan tetap mengundang tanda tanya karena pria Brasil berusia 39 tahun itu belum punya pengalaman melatih. Mungkin Milan terinspirasi oleh Barcelona yang meraih sukses luar biasa bersama Barcelona dengan merebut treble winners.
Kalau memang seperti itu, Leonardo punya banyak hal yang harus dia lakukan karena Milan tentu tak sama dengan Barcelona yang punya pemain hebat di semua posisi. Pekerjaan pertama Leonardo mungkin adalah membersihkan Rossoneri dari pemain-pemain gaek, kondisi yang dalam beberapa musim jadi penghambat Milan menjaga konsistensi pergorma mereka di Italia dan Eropa.
Maldini sudah pergi, juga Carlo Ancelotti. Bersama Leonardo, Milan harusnya bisa memulai sesuatu yang benar-benar baru.
DOA KAKA BUAT ANCELOTTI
Kaka mengaku nama besar dan rentetan prestasi yang diraihnya tak lepas dari kontribusi Carlo Ancelotti. Meski berat melepas, pemain terbaik dunia tahun 2007 ini mendoakan yang terbaik untuk mantan pelatihnya itu.
Setelah beberapa bulan menjadi rumor, Ancelotti akhirnya memutuskan untuk tidak meneruskan sisa kontraknya dengan Rossoneri, usai Milan membenamkan Fiorentina, 2-0 di Artemio Franchi, Minggu (31/5/09).
Don Carletto, begitu dia disapa, merupakan orang yang membawa Kaka ke Italia dari klub lamanya Sao Paulo. Enam tahun bersama Milan, pemain berusia 27 tahun ini telah meraih berbagai gelar. Selain gelar seri A dan tropi Liga Champions, Kaka berhasil menyabet gelar pemain terbaik dunia di tahun 2007.
Tentang sukses yang berhasil diraihnya tersebut, Kaka melihat semua itu tak bisa ia dapatkan tanpa sentuhan pelatih berusia 47 tahun tersebut.
"Ini merupakan hari yang penuh emosi. Laga terakhir Paolo Maldini dan Ancelotti," tukasnya seperti dilansir Goal.
"Ancelotti adalah pria yang saya sangat terikat pada dia, selama selama enam tahun yang saya habiskan di Milan. Saya berterimakasih sebesar-besarnya kepada Ancelotti, yang mendidik saya selama beberapa tahun."
"Dia memberiku kesempatan untuk menjadi salah satu nama besar di level dunia dan saya memenangi banyak gelar di bawah kepelatihannya. Saya berharap yang terbaik untuknya, apapun yang ia lakukan," pungkasny